Jumat, 08 April 2011

J I K A



Jika...
Jika benar kamu menyukai aku, sukai aku dan kesukaanku
Jika benar kamu mencintai aku, cintai aku dan kecintaanku
Jika benar kamu menyayangi aku, sayangi aku dan apa yang dipikiranku
Jika kamu mampu...
Akan ku lakukan hal yang sama bahkan kulebihlan untukmu
Namun jika kamu tak mau, sendirikan aku

Ada seorang teman yang berkomentar :
"g gtu jg c sbnernya,,,emang c kliatanya bakalan terlihat tulus klo bakal ngikut2 ap yg ada di diri kita dan brusaha sama dalam sgala hal, tp malah agak seperti memaksakan kehendak,,yg penting saling melengkapi, memahami, dan tanpa syarat, karna sebenernya beda itu indah bangeeeeet....:)"

Tapi menurutku :

Ngikut-ngikut...
Bukan ngikut-ngikut!!
"sukai aku dan kesukaanku, cintai aku dan kecintaanku, sayangi aku dan pikiranku"
bukan meminta untuk mengikuti apa yang sang tokoh suka, apa yang sang tokoh cinta dan apa yang sang tokoh pikirkan. Memahami, mengerti juga memaklumi apa yang sang tokoh suka, cinta dan yang dipikirkan. Lebih tepatnya menghargai apa yang ada di diri si tokoh.
Perbedaan...
Pebedaan memang indah, aku setuju itu tapi nggak semua perbedaan itu indah. Karna ada kalanya perbedaan itu adalah jurang, musuh dan mungkin boomerang buat kita. Ada kalanya juga perbedaan (yang justru merugikan) itu perlu dicocokkan dalam arti diserasikan.
Melengkapi...
Apa arti kata melengkapi jika tujuan dari melengkapi itu bukan untuk sebuah kecocokan, keserasian, keharmonisan dan kebaikan sebuah hubungan.
Memahami...
Apa selamanya kita cuma memahami tanpa tahu dan atau melakukan apa yang kita pahami.
Tanpa syarat...
Sebenarnya itu bukan syarat tapi permintaan. Jika mau mencoba dan masih merasa mampu untuk memenuhi sebuah permintaan kenapa gak??
Bukankah saat kita bisa memenuhi permintaan orang lain atau mungkin orang kita sayang adalah kebanggaan tersendiri buat kita.

Dalam hal ini si tokoh berkata :
"aku tak mengharuskan semua permintaan terpenuhi tapi seberapa besar usaha dan keikhlasannya untuk memenuhi permintaan, itu yang ingin aku tahu."

de, september 2010


Merapi 26 Oktober

merapi (dalam kemarahan)
 
Kau yang selalu kami pandang
Kenapa engkau menendang
Awan panas kau sebarkan, abu kau hujankan
Tak cukup itu, letusanmu pun menjantungkan
Aku tahu ini tak maumu
Kau hanyalah boneka dari Penciptamu
DIA yang punya rencana
Atas bencana yang kau bawa
Wahai Sang Pencipta...
Apa tujuannya??
Apa yang KAU rencana??
Hukuman atau sekedar teguran??
Atau karna kami yang hilang kesadaran
Bahwa KAU-lah pemilik keagungan
  Tuhaaaaaann...
Jika KAU maha pemurah
Selepas bencana datangkan hikmah
Tuhaaaaaann...
Jika KAU maha penyayang
Selepas bencana beri kami rasa tenang
Kami tak meminta
Pada KAU penguasa segalanya
Tapi kami memohon Pada-MU sang pencipta semesta
Bukan sekedar kata melainkan sebuah Do'a

de
oktober, 28 2010
19.39
puing-puing yang nampak

potongan tangan korban awan panas

bukti bahwa harta bukan segalanya

  foto by Aditya Rifa'i

Letih Seorang Pria Imsomnia


"Setengah mati mengejar rejeki... Meski harus sampai bergelut embun fajar disambut pagi sampai senja menanti... Halal yang dicari meski letih menghampiri..."


Begitulah sedikit bait tentang si pria...
Kadang si pria merasa bosan dengan pekerjaan saat ini, pekerjaan yang menurutnya tak punya kepastian waktu. Kepastian waktu untuk bekerja dan kepastian waktu untuk pejamkan mata, rebahkan raga dan mencari kesenangan jiwa. Tapi itulah bagian kecil dari keseharian dan pekerjaan si pria untuk saat ini (semoga tidak untuk selamanya). Untung si pria punya ego yang sedikit bijak, ego yang selama ini mengajarkannya untuk tetap bersyukur dan yang selalu bisikkan padanya untuk tetap menikmati kesibukannya. Sesekali si pria sangat berterima kasih pada egonya karna sudah bijak menjadi pembimbing untuk tuannya (si pria). Mungkin semua kata-kata ini tampak seperti keluhan tapi bagi si pria ini bukanlah keluran. Sekali lagi si pria berkata BUKAN!! Ini hanyalah seonggok rasa yang ada dipikirannya, yang dia goreskan lewat tulisan karna si pria tak ingin menyampaikan ini ke telinga "mereka", karna si pria tak ingin membagi letih pada dua ruang, ruang raganya dan ruang pikirannya. Bagi si pria cukup ruang raga saja yang merasakan letih. Banyak yang berteriak pada si pria "tinggalkan dan carilah pengganti". Lantang dalam diam si pria berkata "tidak!! sebelum kutemukan yang lebih baik dan yang pasti". Karna bagi si pria, mudah untuk meninggalkan tapi tak mudah untuk mencari.
agustus, 30 201, 11.03pm

"Sandal di Lepas" Mana Tulisannya?

Berawal sore hari 3 hari yang lalu, waktu aku dan si ndut (panggilan teman kerjaku) ke sebuah swalayan untuk mencari sebuah barang. Berhubung yang kita cari nggak ada di swalayan tersebut, kita coba cari ke swalayan yang lain. Kurang lebih 500 meter jarak yang musti kita tempuh lagi untuk sampai ke swalayan yang kedua. Hasilnya, tetap nihil. Kita nggak mendapatkan barang yang kita cari.

Untuk menebus kekecewaan karna nggak juga mendapatkan barang yang kita cari, akhirnya aku minta si ndut beli gorengan di pojokan swalayan tersebut. Tahu goreng, salah satu makanan favoritku. Bungkus mang..., begitu kataku pada abang penjual gorengan. lalu kita cabut balik ke tempat kerjaan. Si ndut asik ngemil gorengan sepanjang jalan, sedangkan aku musti tetap fokus mengemudi motor dengan sesekali ngelirik si ndut dari spion. Bukan khawatir dia ngantuk, tapi lebih khawatir kalau tahu goreng kesukaanku di habisin. hahahhaha... (piis ndut)

Di tengah perjalanan pulang aku inget kalau aku harus transfer uang ke seseorang. Berhubung aku lihat ada atm, langsung aku goyangkan stang motor ke kiri belok ke arah atm tersebut. Akupun buru-buru turun dari motor dan langsung masuk ke atm, sedangkan si ndut tetap nangkring di motor sambil nenteng gorengan. Di pintu atm ada kertas yang nempel yang bertuliskan : "Harap Dilepas: Bla Bla Bla......" cuma sekilas aku membacanya. Akupun lepas sendal dan berada di dalam atm tanpa sendal. Ternyata di dalam atm dingin banget, mungkin karna temperatur AC-nya sangat tinggi yang sempat kulihat AC diatasku. Menginjakkan kaki dilantai serasa kakiku menginjak es, gak betah Dab!! Berulangkali aku harus jinjitin kaki karna gak tahan dengan dinginnya lantai. Transfer kali ini cukup lama karena nomor rekening yang mau aku transfer ada di inbox, aku belom sempet move ke draft. Dan sialnya, nomor rekening tersebut adalah sms 4 hari yang lalu. Semakin lama kakiku kedinginan soalnya aku harus scrolldown inbox satu persatu. Udah ketemu nomor rekeningnya, buru-buru aku transfer, beres, langsung keluar. Pas aku keluar dan memakai sendal sambil jalan menuju motor, aku disambut dengan ketawa si ndut. Tak lama si ndut berkata: "mas ngapain sandalnya dilepas?", dengan gaya belaga sok patuh dengan peraturan, akupun jawab omongan si ndut: "noh liat ada tulisannya oon". Si ndut nyletuk lagi, "mana ada tulisan lepas sendal". Spontan aku balikkan badan ke arah atm dan membaca lagi tulisan yang nempel di kaca samping pintu. Ternyata tulisannya "HARAP DILEPAS: HELM, KACAMATA, MASKER. Mendadak tampang malu, tampang bego dengan muka terlihat merah-merah kecakepan (eits...,,gak boleh komplain :p) menghiasi raut wajahku. Cepat-cepat deh aku hidupin motor dan balik ke tempat kerjaan. Sepanjang jalan akupun ketawa-ketawa sendiri mengingat tingkah konyolku tadi, dalam hatipun aku berkata: "parah, kayak ngambil duit di masjid aja musti lepas sendal sgala". Sedangkan si ndut nggak ada henti-hentinya tertawa seolah seperti habis nonton film warkop 10 judul nonstop.

Kejadian yang cukup aneh bin konyol yang pernah aku alami. Cukup memalukan buatku sekaligus lucu (mungkin) buat kalian (yang baca cerita ini). Memang kalau hati dan pikiran kita sedang tidak dalam keadaan nyaman, hal-hal kecilpun kita jadi nggak konsen memperhatikan. Bagaimanapun  suasana hati dan pikiran sedikit banyak berpengaruh pada konsentrasi kita. So, sebisa dan sesering mungkin tempatkan hati dan pikiran kita dalam posisi yang nyaman. Jangan terlalu banyak dan menampung atau sering memikirkan beban.