Jumat, 08 April 2011

Letih Seorang Pria Imsomnia


"Setengah mati mengejar rejeki... Meski harus sampai bergelut embun fajar disambut pagi sampai senja menanti... Halal yang dicari meski letih menghampiri..."


Begitulah sedikit bait tentang si pria...
Kadang si pria merasa bosan dengan pekerjaan saat ini, pekerjaan yang menurutnya tak punya kepastian waktu. Kepastian waktu untuk bekerja dan kepastian waktu untuk pejamkan mata, rebahkan raga dan mencari kesenangan jiwa. Tapi itulah bagian kecil dari keseharian dan pekerjaan si pria untuk saat ini (semoga tidak untuk selamanya). Untung si pria punya ego yang sedikit bijak, ego yang selama ini mengajarkannya untuk tetap bersyukur dan yang selalu bisikkan padanya untuk tetap menikmati kesibukannya. Sesekali si pria sangat berterima kasih pada egonya karna sudah bijak menjadi pembimbing untuk tuannya (si pria). Mungkin semua kata-kata ini tampak seperti keluhan tapi bagi si pria ini bukanlah keluran. Sekali lagi si pria berkata BUKAN!! Ini hanyalah seonggok rasa yang ada dipikirannya, yang dia goreskan lewat tulisan karna si pria tak ingin menyampaikan ini ke telinga "mereka", karna si pria tak ingin membagi letih pada dua ruang, ruang raganya dan ruang pikirannya. Bagi si pria cukup ruang raga saja yang merasakan letih. Banyak yang berteriak pada si pria "tinggalkan dan carilah pengganti". Lantang dalam diam si pria berkata "tidak!! sebelum kutemukan yang lebih baik dan yang pasti". Karna bagi si pria, mudah untuk meninggalkan tapi tak mudah untuk mencari.
agustus, 30 201, 11.03pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Tinggalkan Caci Makimu...