Selasa, 12 April 2011

Ego Yang Usil

Ego   : Tuan, ada yang kangen sama tuan.
Tuan : Siapa go??
Ego   : Suasana malam
Tuan : hmmm.... (sambil hisap rokok di jari)
Ego   : Tuan...,,
Tuan : Ada apalagi go??
Ego   : Ada yang rindu di duduki tuan.
Tuan : Siapa go??
Ego   : Trotoar yang biasa untuk tuan duduk menyendiri malam-malam sambil ngrokok dan ngopi.
Tuan : Hmmm...
Ego   : Tuan,
Tuan : Apalagi sih goooooooooo...!!!
Ego   : Ada yang menunggu kepulangan tuan.
Tuan : Tolong kamu sampaikan go, tuanmu akan pulang saat bingkisan kabar bahagia sudah terbungkus rapi dan sesuai misi hati.


by: de
15 maret 2011, 21:08

"DIA" (merindukannya lagi)

mencoba membayangkan "dia"
yang malam ini duduk di kursi bambu dan remang disekelilingnya
meski tak tau pasti dimana keberadaanya

namun hati tau "dia" dimana
"dia" yang baru saja merindukan sesuatu yang lama
sesuatu yang sering kuberi padanya
sesuatu yang muncul begitu saja
sesuatu yang sederhana dan tak berharga
sesuatu itu hanyalah "kata"
kadang tentangku... tentangnya...

juga tentang kita...

by: de
april, 11 2010
20.39pm

"febuari"

Febuari...
Dalam masamu kau berusaha menghancurkan hatiku.
Febuari...
Dalam masamu pula kau kirim setan ke dalam hatiku.
Febuari...
Taukah kamu bhwa setan itu tlah menggerogoti ketulusan dan kesetiaanku.
Febuari...
Lihatkah kamu bahwa setan itu telah membuat air mata sang penghuni hati turun dengan derasnya.
Febuari...
Dengarkah kamu dia teriak, dia marah, dia kecewa saat kau taburkan serbuk kebohongan.
Febuari...
Aku akui kamulah pemenang pertempuran hati kali ini.
Tapi febuari...
Tak ada yang kamu dapat dari kemenanganmu.
Karna ketulusannya mampu meluluhkanku dan tangisnya mampu membuatku iba.
Hingga membuatku tersadar akan kesalahan dan keluar dari hipnotis setan asmaramu.
Febuari...
Cepat berlalulah karna di waktumu ada kesalahan terbesarku dan di waktumu pula ku tlah membuatnya rapuh.
Bawa juga pergi setan dalam hati.
Biarkan hati kita seperti dulu lagi...


by: de
kamar kost, 17 "febuari" 2010
jam empat sore

Si Pria, Kue Manis dan Cahaya Yang Terabaikan


Sore menjelang magrib tadi, ada sesosok pria yang terlihat begitu tergesa-gesa. Dihampirinya sibiru (panggilan kesayangan untuk motor yang sering dipakainya). Ternyata Si Pria ingin mengambil kue ulang tahun yang telah dipesannya. Pergilah dia dengan sibiru menuju toko tempat dia pesan kuenya. Beberapa menit sampailah Si Pria ditempat yang tuju, toko kue.

Si Pria : Mbak ambil pesanan kue...
Penjaga Toko : Iya mas, minta notanya.
Si Pria : Nih mbak... (sembari mengulurkan tangan dan memberikan  nota ke penjaga toko)
Penjaga Toko: Bentar ya mas....
Si Pria : (menganggukkan kepala sambil tersenyum)
Penjaga Toko: Ini mas kuenya, coba dilihat dulu...
Si Pria : (membuka kotak dan melihat kue)  bagus mbak, iya ini pas banget.
Penjaga Toko: buat pacarnya ya maaas??
Si Pria : iya mbak (lagi-lagi Si Pria menganggukkan kepala sambil tersenyum)  makasih ya mbak!! (lsembari jalan keluar dari toko)


Mungkin saking bahagianya hari itu jadi sering banget Si Pria terlihat tersenyum. Tak lama Iapun sampai rumah dengan kue ditangannya. Cepat-cepat dia mandi dan dandan serapi mungkin. Oiya lupa, kue itu tadi akan dipersembahkan buat orang yang Ia sayang, orang yang 3 tahun terakhir ini telah menemaninya dalam sebuah hubungan yang penuh suka duka susah dan senang. Selesai berdandan Si Pria duduk-duduk santai dikursi teras rumahnya sambil merokok sembari siap-siap untuk menjemput pacar tercintanya. Sejam lebih Si Pria menunggu telpon dan sms dari sang pacar. Ternyata belum juga ada kabar yang didapatkan. "Mungkin banyak kerjaan yang harus di selesaikannya" (pikirnya sambil senyum-senyum melihat kue dan sesekali dikeluarkannya lilin dalam saku jaketnya).

Detik demi detik Si Pria ini menunggu kabar dari sang pacar. Kabar bahwa sang pacar telah kelar kerja dan siap dijemput. Dilihat lagi jam di handphonenya, dalam diam Si Pria cemas dan khawatir. Akhirnya dia mencoba menelpon sang pacar untuk memastikan dia (sang pacar) sudah selesai kerja atau belum. Tiba-tiba Si Pria tercengang mendengar kabar dari suaranya bahwa sang pacar sudah berada disebuah restoran bersama rekan-rekannya. Sang pacar menyuruhnya untuk menyusul tapi Si Pria menolak. Si Pria menolak bukan tidak ada alasan. Selain karna rencana yang sudah dibangunnya, kecewa juga menjadi alasan. Kecewa karna tidak ada pemberitahuan ajakan sebelumnya. Si Pria juga kecewa karna sang pacar tidak memberi konfirmasi tentang keberadaan dan apa yang akan dilakukannya. Bayangkan saja jika Si Pria tak punya inisiatif telpon mungkin akan sampai larut malam dia menanti kabar sang pacar dan menunggu kue juga lilinnya. Siang tadi Si Pria sudah mengirim pesan pada sang pacar, Si Pria berpesan ke dia (sang pacar) untuk miscall ke nomornya, kali aja Si Pria tidur nyenyak karena kelelahan dan mungkin saja Si Pria tidak mendengar alarm yang sudah Si Pria antisipasikan untuk bangunnya dari tidur siang. Setelah kirim pesan pada sang pacar, Si Priapun berbaring untuk tidur, dimulainya tidur dengan doa dan senyuman karna Si Pria punya rencana manis dibangun tidurnya sore nanti. Si Priapun terbangun karna alarmnya (terima kasih 6300ku,)  Ujar Si Pria sambil manatap HP-nya.

Si Pria kecewa saat tahu sang pacar lupa dengan amanatnya, sedangkan untuk acara dengan rekan-rekannya dia (sang pacar) tak lupa. Si Pria juga kecewa karna sang pacar tidak memberi kabar selesai kerja dan yang paling Si Pria sesali bahwa sang pacar seolah lupa dengan dirinya dan sang pacar tak tahu atau mungkin tak mau tahu bahwa ada Si Pria yang menunggunya, bahwa Si Pria telah menyiapkan sesuatu yang termanis untuknya (sang pacar).

"Tak masalah bagiku kalau kamu ingin merayakan hari bahagiamu bersama rekan-rekanmu tapi setidaknya kamu bisa memberi sedikit waktu untukku, untuk rencanaku, untuk kue dan lilinku juga buat kebersamaan kita demi menjaga keharmonisan hubungan kita atau paling tidak berilah kabar padaku. Selebihnya silakan jika ingin berkumpul dengan rekan-rekanmu. Bahkan jika kamu minta, aku akan mengantarmu, aku mendampingimu berkumpul dengan mereka, berkenalan dengan mereka biar mereka tau akulah kekasihmu. Apa kamu sudah senang merayakan hari bahagiamu tanpa aku disampingmu, kue dan lilin dihadapanmu??? Jika iya, akulah kekasih terbodoh yang gak bisa memberimu kesenagan sehingga km mudah senang dengan sesuatu yang baru disekitarmu. Mungkin disana kamu senang dan tertawa riang tapi kamu tak tahu disini aku bimbang, disini aku cemberut. Hanya kamu yang aku nanti untuk meniup lilin ini dan memotong kue ini. :(

Aku punya cara sendiri untuk menyambut hari bahagiamu meski hanya dengan cara yang sederhana. Tak bisakah kamu hargai itu?? Aku ini pacarmu aku bukan musuhmu, hakku selevel lebih tinggi dari mereka (rekan-rekanmu) untuk mendapatkan waktu dan dirimu. Itupun kalau kamu benar-benar menempatkanku dihatimu. Jika kamu ingat aku, tak butuh waktu semenit untuk memberi kabar padaku, untuk mengatakan apa yang akan kamu lakukan, untuk sekedar mengatakan kamu dimana. Ada aku yang menunggumu, ada aku yang mengkhawatirkanmu, ada aku yang akan menyambut hari bahagiamu. Tidak taukah kamu??? "

Begitulah kiranya ucapan Si Pria tentang kekesalan dan kekecewaanya. Terlihat sekali bahwa Si Pria sangat menyesali rencana dan harapan yang dia bangun. Kecewa itu tergambar jelas dengan bara dan asap rokok yang tiada henti dengan sesekali tundukkan kepala dan pejamkan mata.

Memang untuk hari bahagia sang pacar kali ini Si Pria tidak ada kotak berpita yang akan diberikannya, tapi Si Pria punya kue termanis dan lilin dengan cahaya yang tersimpan untuk menyambut hari bahagia sang pacar dimana akan ada cahaya kecil yang akan menerangi dimalam 15 september kali ini. Dari lilin itu Si Pria berharap sang pacar bisa pejamkan mata yang diiringi doa dan harapannya dalam hati sebelum cahaya padam. Dari kue itu Si Pria juga berharap Sang Pacar memberikan potongan kuenya pada ibunya yang selama ini setia manjaga dan membukakan pintu untuknya sepulang kerja, berharap dia memberikan potongan kue padanya (Si Pria) sebagai tanda sayang. Ternyata harapan yang diimpikan sejak siang cuma semu. Hatinya pun teriris kala mengingat secuil harapan yang diimpikannya tadi. Dengan sesal dan kecewa Si Pria membuang kue yang mulai nampak kusam. Dilemparkannya kue itu dipinggir jalan lalu pergi dengan siBiru dan lilin disaku. Saat bertemu dengan sang pacar, Si Pria hanya memberikannya lilin. Lilin yang belum sempat menyala, lilin yang masih menyimpan cahaya. Meski tak ada kue untuk mereka nikmati bersama namun setidaknya masih ada lilin dan cahaya untuk doa dan harapannya (sang pacar) meski lilin itu tak beradadiatas kuenya.
"Maaf jika aku buang kue ini, kue yang seharusnya ada di hadapanmu dihadapan kita diterangi lilin dan berisi doa serta harapanmu. Aku yang seharusnya ada disampingmu, ada diantara kue dan lilin itu serta ucapan selamat ulang tahun dariku yang melekat dikeningmu." Ucap Si Pria dengan kesal dan penuh rasa kecewa.
Sesal...
Kecewa...

Pada lilin Si Pria berkata,
Lin, taukah kamu??
Untuk menempatkanmu diatas kue aku sudah berdandan rapi
Lin, taukah kamu??
Untuk menyambut cahayamu aku sudah wangi
Seperti cahaya lilin ini aku akan berusaha untuk jadi penerang dalam hidupmu 
Seperti kue ini aku akan berusaha untuk jadi pemanis disetiap hari-harimu
Lin, taukah kamu??
Aku sudah siapkan puisi sederhana untuk kuperdegarkan ditelinganya...

Rencana kecil yang dibangun Si Pria dengan ketulusan atas rasa sayang dan perhatiannya kini luluh lantah. Rencana untuk merayakan hari bahagia sang pacar, rencana untuk menikmati kue bersama, rencana untuk melihat senyum haru sang pacar, rencana untuk melihat sang pacar meniup lilin diantara harapan dan doa, rencana untuk berceita tentang mereka. Semua bangunan rencana itu porak poranda dan hanya menyisakan puing-puing sesal dan kecewa. Sepintas dalam hati  Si Pria merasa bahwa bukan dia yang pertama dihatinya (sang pacar), merasa bahwa sang pacar tidak begitu menghargai keberadaanya (Si Pria) bahkan menghargai hubungan mereka. Entah benar adanya atau hanya perasaannya saja. Lalu Si Pria meninggalkan sebuah tulisan sederhana untuk sang pacar....

Untuk si cengeng yang ulang tahun 15 september ini,

Satu bintang bersinar di gelap gulita
Angin menari kabut tertawa
Hari indah tlah tiba
Sebait kalimat beribu doa
Terbaik dan terindah tentunya
Meski diantara sesal dan kecewa
Pada-Nya kupinta
Untukmu belahan jiwa

Selamat Ulang Tahun...
“Semoga Allah semakin sayang padamu“
Selamanya....

Seribu Hari (Bersama Bintank)

Tak terasa waktu yang kita tempuh saat ini bersamanya. Suka, duka, bahagia, pengorbanan, problematika, putus asa, kecewa sampai air mata semua ada. Ada dan terbungkus dalam kenangan seribu hari.

Kenangan yang membuat kita bertahan, kenangan-kenangan yang indah dan pahit selama perjalanan yang sayang tuk diakhiri dan tak mudah untuk dilupakan.
Perubahan yang membuat kita bertahan, berubah untuk lebih baik (sikap, ego, kebiasaan), berubah demi hubungan bukan demi satu pasangan.
Masalah yang membuat kita bertahan, masalah yang menuntun kita untuk berubah, masalah yang menunjukkan dimana letak kelemahan hubungan kita, menyadarkan kita untuk berubah (merubah apa yang ada dalam diri yang bisa memicu suatu masalah).
Teman yang membuat kita bertahan, teman yang peduli sama hubungan kita (thanks buat semua), teman yang mengingatkan kita saat salah satu diantara kita salah melangkah, salah mengambil keputusan, salah dalam bersikap juga saat salah dalam berpikir.

Seribu hari, seribu dimana...
Seribu pengorbanan tlah terlakukan
Seribu senyum tlah terukir
Seribu luka tlah menusuk
Seribu problema tlah terlewati
Seribu kecewa tlah tergores
Seribu tawa tlah tercipta
Seribu bahagia tlah menaung
Seribu air mata tlah terjatuh
Seribu kenangan tlah tersimpan


Semoga tetap ada seribu hari berikutnya dan selamanya...

Thanks God...
Thanks Friends...

on anniversary,
2 juni 201, 06.55am